Bidikbola.com – Perkenalkan Saint-Etienne, salah satu klub elit di Liga Prancis yang mengalami nasib sial karena terdegradasi ke divisi dua.
Liga-liga Eropa telah mencapai tahap akhir. Pada titik ini, beberapa kompetisi masih mengadakan playoff untuk tim promosi dan degradasi.
Dari Liga Prancis atau Ligue 1, babak play-off dimainkan oleh tim peringkat ke-18, Saint-Etienne, dengan tim peringkat ketiga dari Ligue 2, atau kasta kedua, AJ Auxerre.
Kedua tim harus bersaing untuk mendapatkan tiket untuk memastikan tim mereka bertahan atau mendapatkan tiket promosi. Dalam hal ini, Saint-Etienne mencari tiket defensif sementara Auxerre mencari tiket promosi.
Kedua tim memainkan permainan dua kaki. Di luar dugaan, Auxerre yang bermain di kasta kedua berhasil mencuri tiket promosi dan membuat Saint-Etienne terdegradasi.
Auxerre memastikan tiket promosi mereka setelah mengalahkan Saint-Etienne melalui adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 2-2 dalam dua pertandingan yang dimainkan.
Auxerre memenangkan adu penalti setelah lima penegak berhasil menyelesaikan tugas mereka. Sementara itu, dari lima penendang Saint-Etienne, hanya penendang pertama, Ryad Boudebouz, yang gagal menuntaskan tugasnya.
Hasil tersebut menjadi pukulan telak bagi Saint-Etienne dan pendukungnya. Dijuluki Les Verts, klub itu terdegradasi untuk pertama kalinya sejak 2004.
Selain itu, Saint-Etienne menyandang status sebagai salah satu tim Prancis terbaik, sering berakhir di peringkat teratas dan tampil di Eropa.
Lantas, seperti apa perjalanan dari Saint-Etienne? Berikut ini ringkasannya.
Profil Saint Etienne
Saint-Etienne adalah salah satu klub tertua di Prancis, berdiri pada tahun 1919 atau sekitar 103 tahun yang lalu.
Pembentukan klub ini juga cukup unik, karena Saint-Etienne didirikan oleh karyawan toko kelontong yang tergabung dalam grup ritel bernama Groupe Casino.
Awalnya, Saint-Etienne menggunakan nama dengan akhiran "Casino". Namun, setahun kemudian, nama tersebut dihapus karena dilarang oleh Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).
Dengan demikian, nama tim diubah menjadi Amiral Sporting Club (ASC) sebelum diubah lagi menjadi AS (Association Sportive) Saint-Etienne pada tahun 1933 setelah beralih ke klub profesional.
Warna ukuran Saint-Etienne sendiri sudah hijau sejak awal, diwarisi dari warna ukuran Groupe Casino.
Perjalanan Saint-Etienne di sepak bola Prancis kemudian dimulai pada tahun 1933 atau setelah ia berubah menjadi tim profesional.
Saint-Etienne memasuki kasta kedua dan bermain di kasta tersebut selama empat musim sebelum akhirnya dipromosikan ke kasta teratas pada tahun 1938/1939 dan menikmati kesuksesan setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua.
Kesuksesan Saint-Etienne setelah Perang Dunia II dipandu oleh mantan pemainnya Jean Snella, yang memenangkan gelar pertamanya, Coupe Charles Drago, pada tahun 1955.
Setelah itu, Snella memimpin Saint-Etienne meraih gelar liga pada tahun 1957 dan dua lagi dalam dua periode sebelum pindah ke Swiss pada tahun 1967.
Meski Snella pergi, Saint-Etienne mampu mempertahankan dominasinya di puncak, memenangkan tujuh gelar liga lagi.
Setelah sukses di tahun 60-an dan awal 80-an, Saint-Etienne diganggu oleh masalah keuangan yang memaksa Les Verts terdegradasi pada 1984.
Setelah terdegradasi, Saint-Etienne berusaha memperbaiki diri dan dipromosikan 12 tahun kemudian. Namun sekali lagi Les Verts mendapat skandal terkait status sang pemain.
Pada tahun 2001, Saint-Etienne terdegradasi lagi dan lagi berjuang untuk promosi. Perjuangan itu berbuah manis pada promosi 2004 ke Ligue 1 Prancis.
Sejak saat itu Saint-Etienne mampu kembali ke papan atas dan berkompetisi di kompetisi Eropa serta memenangkan kompetisi domestik seperti Piala Liga Prancis.
Sekarang Saint-Etienne harus menerima kemunduran. Kemunduran ini dimulai pada awal musim 2021/2022 ketika Les Verts mencatat rekor buruk dengan 12 kekalahan beruntun di liga.
Hal ini menyebabkan pemecatan Claude Puel dan penunjukan dua manajer lagi, berakhir dengan degradasi rival abadi Olympique Lyon.
[Felix Indra Jaya]